PRINSIP KERJA PLTN
Prinsip kerja
PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler untuk menghasilkan
energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor nuklir.
Seperti
terlihat pada gambar 1, PLTU menggunakan bahan bakar batubara, minyak bumi, gas
alam dan sebagainya untuk menghasilkan panas dengan cara dibakar, kemudia panas
yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan air di dalam boiler sehingga
menghasilkan uap air, uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin uap,
dari sini generator dapat menghasilkan listrik karena ikut berputar seporos
dengan turbin uap.
PLTN juga
memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi reaksi fisi
bahan bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam
reaktor dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk memutar
turbin sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi.
Komponen-komponen yang
umum ditemui dalam PLTN adalah reaktor nuklir, steam generator, turbin
uap, condenser, generator dan banguan pengungkung reaktor.
1. REAKTOR NUKLIR
Reaktor
nuklir adalah tempat terjadinya reaksi nuklir terkendali sehingga dihasilkan
energi dalam bentuk panas.
2. STEAM GENERATOR
Steam generator (pembangkit uap) merupakan suatu alat untuk
mengubah air menjadi uap. Pada reaktor tipe PWR, steam generator dibuat
terpisah dari reaktor, sedangkan pada reaktor tipe BWR, reaktor sendiri
sekaligus berfungsi sebagai steam generator.
3. TURBIN UAP
Turbin uap mengubah energi kinetik uap menjadi putaran
poros turbin. Pada pembangkit listrik dengan kapasitas besar seperti PLTN
biasanya terdapat 2 atau 3 buah turbin yaitu turbin tekanan tinggi, menengah (intermediate)
dan rendah.
4. GENERATOR LISTRIK
Putaran
poros turbin dikonversi menjadi listrik oleh generator. Peletakan dikopel
langsung poros ke poros dengan turbin uap.
5. KONDENSER
Kondenser
menerima input uap dari stage terakhir turbin tekanan dan mengubahnya
kembali menjadi air (dikondensasi).
6. RUANG CONTROL (CONTROL
ROOM)
Ruang
control adalah tempat mengendalikan reaktor. Di ruangan ini terdapat display
kondisi operasi semua peralatan utama dan pendukung sehingga kondisi operai
PLTN termonitor secara terus menerus dan dapat segara diambil tindakan yang
tepat pada saat diperlukan. Selama PLTN beroperasi, sejumlah operator terlatih
harus bertugas dan berjaga di ruang control. Pada saat PLTN dioperasikan secara
bergiliran dalam grup.
7. BANGUNAN PENGUNGKUNG
REAKTOR
Bangunan ini terbuat dari beton untuk melindungi lingkungan
dari kemungkinan keluarnya radiasi dan material radioaktif ke lingkungan dan
sebaliknya juga berfungsi sebagai pelindung reaktor dari kemungkinan kerusakan
akibat faktor-faktor luar.
Pondasi untuk bangunan digali sampai diperoleh batuan keras
(bedrock) untuk menjamin kekokohan yang memadai.
Reaktor Nuklir
1. Reaktor Fisi
Semua PLTN komersial yang
ada didunia menggunakan reaksi nuklir fisi. Pada umumnya reaktor jenis ini
menggunakan bahan bakar nuklir Uranium dan reaktor jenis ini akan menghasilkan
Plutonium, meskipun dimungkinkan juga menggunakan siklus bahan bakar Thorium.
Reaktor fisi dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar berdasarkan energy neutron
yang digunakan dalam proses fisi, yaitu:
a. Reaktor Thermal
Reaktor thermal (lambat)
menggunakan neutron lambat atau neutron thermal. Reaktor ini bercirikan
mempunyai moderator neutron / material pelambat yang ditujukan untuk
melambatkan neutron sampai mempunyai energi kinetik rerata partikel yang ada
disekitarnya, dengan kata lain, sampai mereka "dithermalkan". Reaktor
termal, reaktor jenis ini menggunakan neutron lambat atau neutron thermal.
Hampir semua reaktor yang ada saat ini adalah reaktor jenis reaktor termal.
Reaktor ini mempunyai bahan moderasi neutron yang dapat memperlambat neutron
hingga mencapai energy termal. Kemungkinan (propabilitas) lebih besar
terjadinya reaksi fisi antara neutron termal dan bahan fisil seperti Uranium
235, Plutonium 239 dan Plutonium 241 dan akan mempunyai kemungkinan lebih kecil
terjadinya reaksi fisi dengan Uranium 238. Dalam reaktor jenis ini, biasanya
pendingin juga berfungsi sebagai moderator neutron, reaktor jenis ini umumnya
menggunakan pendingin air dalam tekanan tinggi untuk meningkatkan titik didih
air pendingin. Reaktor ini diwadahi dalam suatu tanki reaktor yang didalamnya
dilengkapi dengan instrumentasi pemantau dan pengendali reaktor, pelindung
radiasi dan gedung containment
b. Reaktor Cepat
Reaktor cepat, reaktor jenis ini
menggunakan neutron cepat untuk menghasilkan fisi dalam bahan bakar reaktor
nuklir. reaktor jenis ini tidak memiliki moderator neutron, dan menggunakan
bahan pendingin yang kurang memoderasi neutron. Untuk tetap menjaga agar reaksi
nuklir berantai tetap berjalan maka diperlukan bahan bakar yang mempunyai bahan
belah (fissile material) dengan kandungan uranium 235 yang lebih tinggi (lebih
dari 20 %). Reaktor cepat mempunyai potensi menghasilkan limbah
trasnuranic yang lebih kecil karena semua aktinida dapat terbelah dengan
menggunakan neutron cepat, namun reaktor ini sulit untuk dibangun dan mahal
dalam pengoperasiannya.
Gambar 2. Proses terjadinya reaksi
fisi
2.
Reaktor Fusi
Fusi nuklir menawarkan kemungkinan pelepasan
energi yang besar dengan hanya sedikit limbah radioaktif yang dihasilkan serta dengan tingkat
keamanan yang lebih baik. Namun, saat ini masih terdapat kendal-kendala bidang
keilmuan, teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna
pembangkitan listrik. Hal ini masih menjadi bidang penelitian aktif dengan
skala besar seperti dapat dilihat di JET, ITER, dan Z machine
STRUKTUR ATOM URANIUM
Sejatinya
segala unsur yang terdapat di alam terbentuk dari kumpulan atom-atom. Ada 92
jenis atom yang telah didefinisikan hingga saat ini. Inti dari suatu atom
terdiri atas proton yang bernilai positip dan neutron yang bersifat netral.
Disekitar intinya terdapat elektron yang mengelilingi, biasanya berjumlah sama
dengan proton dan terikat dengan gaya elektromagnetiknya. Jumlah proton
pada atom menjadi ciri khas suatu jenis atom dan lebih dikenal dengan sebutan
nomer atom, yang menentukan unsur kimia atom tersebut.
Unsur uranium
memiliki jumlah proton 92 buah atau dengan kata lain nomer atom Uranium adalah
92. Namun di alam, terdapat 3 jenis unsur yang memiliki jumlah proton 92 buah,
masing-masing memiliki jumlah neutron sebanyak 142, 143, dan 148 buah. Unsur
yang memiliki 143 buah neutron ini disebut dengan Uranium-235, sedangkan yang
memiliki 148 buah neutron disebut dengan Uranium-238. Suatu unsur yang memiliki
nomer atom sama namun jumlah neutron yang berbeda biasa disebut dengan isotop.
Gambar berikut adalah struktur dari atom Uranium dan tabel yang menjelaskan
tentang isotopnya.
Uranium yang
terdapat di alam bebas sebagian besar adalah Uranium yang sulit bereaksi, yaitu
Uranium-238. Hanya 0,7 persen saja Uranium yang mengandung isotop Uranium-235.
Sedangkan bahan bakar Uranium yang digunakan di PLTN adalah Uranium yang
kandungan Uranium-235 nya sudah ditingkatkan menjadi 3-5 %.
Gambar
2 Struktur atom Uranium
Besarnya Energi Reaksi
Fisi
Gambar 4 berikut ini adalah data
tentang jumlah bahan bakar yang diperlukan dalam 1 tahun untuk masing-masing
pembangkit listrik berkapasitas 1000 MW. Disini terlihat bahwa untuk 1 gram
bahan bakar Uranium dapat menghasilkan energi listrik yang setara dengan 3 ton
bahan bakar batubara, atau 2000 liter minyak bumi. Oleh karena energi yang
dihasilkan Uranium sangat besar, bahan bakar PLTN juga dapat menghemat biaya di
pengakutan dan penyimpanan bahan bakar pembangkit listrik
Gambar
4 Banyaknya bahan bakar yang diperlukan dalam
1 tahun
PERKEMBANGAN
GENERASI PLTN
Sejak PLTN komersial pertama dikembangkan pada tahun
50-an hingga saat ini, generasi PLTN mengalami perkembangan yang cukup pesat
1. PLTN Generasi 1
PLTN generasi
pertama dikembangkan pada rentang waktu tahun 50-an hingga tahun 60-an. PLTN
generasi pertama ini merupakan prototipe awal dari reaktor pembangkit daya yang
bertujuan untuk membuktikan bahwa energi nuklir dapat dimanfaatkan dengan baik
untuk tujuan damai. Contoh PLTN generasi pertama ini adalah Shippingport (tipe
PWR), Dresden (tipe BWR), Fermi I (tipe FBR) dan Magnox (tipe GCR).
2. PLTN Generasi 2
PLTN generasi
kedua dikembangkan setelah tahun 70-an, PLTN ini merupakan suatu pedoman
klasifikasi desain dari reaktor nuklir. PLTN generasi II dijadikan sebagai
reaktor daya komersial acuan dalam pembangunan PLTN hingga akhir tahun 90-an.
Prototipe reaktor daya generasi II adalah PLTN tipe PWR, CANDU, BWR, AGR dan
VVER.
3. PLTN Generasi 3
PLTN generasi
III adalah reaktor daya generasi lanjut (advanced) yang dikembangkan pada akhir
tahun 1990. PLTN generasi ini mengalami perubahan desain evolosioner (perubahan
yang tidak radikal) yang bertujuan untuk meningkatkan faktor keselamatan dan
ekonomi PLTN. PLTN generasi III banyak dibangun negara-negara Asia Timur.
Contoh dari PLTN generasi III adalah ABWR, System80+.
Pengembangan
PLTN generasi III terus berlanjut dan bersamaan dengan itu dilakukan perbaikan
desain yang evolusioner untuk meningkatkan faktor ekonomi dengan cukup
signifikan. Perubahan terhadap PLTN generasi III menghasilkan PLTN generasi
III+ yang lebih ekonomis dan segera dapat dibangun dalam waktu dekat tanpa
harus menunggu periode R&D yang lama. PLTN generasi III+ menjadi suatu
pilihan untuk pembangunan PLTN yang akan dilakukan dari sekarang hingga tahun
2030.
4. PLTN Generasi 4
PLTN generasi
IV adalah reaktor daya hasil pengembangan inovatif dari PLTN generasi
sebelumnya. PLTN generasi IV terdiri dari enam tipe reaktor daya yang diseleksi
dari sekitar 100 buah desain. Kriteria seleksi adalah aspek ekonomi yang
tinggi, tingkat keselamatan lanjut, menghasilkan limbah dengan kuantitas yang
sangat rendah, dan tahan terhadap aturan NPT.
PLTN generasi
IV dirancang tidak hanya berfungsi sebagai instalasi pemasok daya listrik saja,
tetapi dapat pula digunakan untuk pemasok energi termal kepada industri proses.
Oleh karena itu PLTN generasi IV tidak lagi disebut sebagai PLTN, tetapi
disebut sebagai Sistem Energi Nuklir (SEN) atau Nuclear Energy System (NES).
Enam tipe dari reaktor daya generasi IV adalah: Very High Temperature Reactor
(VHTR), Sodium-cooled Fast Reactor (SFR), Gas-cooled Fast Reactor (GFR), Liquid
metal cooled Fast Reactor (LFR), Molten Salt Reactor (MSR), dan SuperCritical
Water-cooled Reactor (SCWR).
GENERATOR
TERMOELEKTRIK RADIOISOTOP
1.
Deskripsi
Termoelektrik adalah suatu perangkat yang dapat mengubah energi kalor
(perbedaan temperatur) menjadi energi listrik secara langsung. Selain itu,
termoelektrik juga dapat mengkonversikan energi listrik menjadi proses pompa
kalor/refrigerasi.
Teknologi termoelektrik adalah teknologi yang bekerja dengan mengkonversi
energi panas menjadi listrik secara langsung (generator termoelektrik), atau
sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin (pendingin termoelektrik). Untuk
menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup diletakkan sedemikian rupa
dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari rangkaian itu
akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai.
Efek Seebeck
Efek seebeck merupakan fenomena yang
mengubah perbedaan temperatur menjadi energi listrik. Jika ada dua bahan yang
berbeda yang kemudian kedua ujungnya disambungkan satu sama lain maka akan
terjadi dua sambungan dalam satu loop. Jika terjadi perbedaan temperatur di
antara kedua sambunga ini, maka akan terjadi arus listrik akan terjadi. Prinsip
ini lah yang digunakan termoelektrik sebagai generator (pembangkit listrik).
Setiap bahan memiliki koefisien seebeck yang berbeda-beda. Semakin besar
koefisien seebeck ini, maka beda potensial yang dihasilkan juga semakin besar.
Karena perbedaan temperatur disini dapat diubah menjadi tegangan listrik, maka
prinsip ini juga digunakan sebagai sensor temperatur yang dinamakan
thermocouple.
Efek Peltier
Kebalikan dari
dari efek Seebeck, yaitu jika dua logam yang berbeda disambungkan kemudian arus
listrik dialirakan pada sambungan tersebut, maka akan terjadi fenomenda pompa
kalor. Prinsip inilah yang diugunakan termoelektrik sebagai pendingin/pompa
kalor.
Termoeletrik
terdiri dari dua buah bahan berbeda yang disambubngkan. Material yang dipilih
memiliki koefisien seebeck cukup tinggi. Saat ini kebanyakan termolektrik
menggunakan Bismuth-Telluride sebagai bahan pembuatnya.
Gambar
3.
(a)
Termoelektrik sebagai generator listrik; (b) Generator sebagai pendingin/pompa
kalor.
Perangkat
modul termoelektrik yang dijual biasanya berbentuk plat tipis. Salah satu
termoeletrik yang dapat dengan mudah kita dapatkan berukuran 40 mm x 40 mm
dengan ketebalan 3 mm dan terdapat dua buah kabel (biasanya merah dan hitam).
Jika di antara kedua permukaan termoelektrik terapat perbedaan temperatur maka
tegangan listrik dihasilkan dan tegangan tersebut dapat kita ukur melalui dua
kabel termoeletrik dengan menggunakan voltmeter. Jika perbedaan temperatur
cukup besar, maka termoelektrik dapat menghidupkan sebuah lampu LED kecil.
Listrik yang dihasilkan pada thermoelectric generator adalah listrik searah
(DC).
Gambar
4. Modul Termoelektrik
Sebaliknya
jika modul termoelektrik ini diberi tegangan maka akan terjadi perbedaan
temperatur antar permukaan yang satu dengan yang lain. Tegangan ini akan
meyebabkan adanya aliran arus yang melalui bahan termoelektrik sehingga terjadi
efek peltier. Fenomena inilah yang disebut dengan pompa kalor. Jika
dibandingkan dengan teknologi refrigerasi kompresi uap, termoelektrik memiliki
berbagai macam kelebihan antara lain: Pemanas atau pendingin dapat dengan mudah
diatur dengan menyesuaikan arah arusnya, sangat ringkas, tidak berisik, tidak
butuh perawatan khusus, tidak butuh refrigeran (Freon), tidak ada getaran.
Walau bagaimanapun juga, termolektrik masih memiliki kekurangan yaitu
performanya masih rendah.
2. Prinsip kerja termoelektrik
Prinsip kerja dari termoelektrik
adalah dengan berdasarkan Efek Seebeck yaitu "jika 2 buah logam yang
berbeda disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda
pada sambungan, maka terjadi perbedaan tegangan pada ujung yang satu dengan
ujung yang lain" ( Muhaimin, 1993).
Untuk keperluan pembangkitan
lisrik tersebut umumnya bahan yang digunakan adalah bahan semikonduktor.
Semikonduktor adalah bahan yang mampu menghantarkan arus listrik namun tidak
sempurna. Semikonduktor yang digunakan adalah semikonduktor tipe n dan tipe p.
Bahan semikonduktor yang digunakan adalah bahan semikonduktor ekstrinsik.
Terdapat tiga sifat bahan termoelektrik yang penting, yaitu :
·
Koefisien Seebeck (s)
·
Konduktifitas panas (k)
·
Resistivitas (ρ)
3. Pengembangan energi termoelektrik
Sejak awal
tahun 1990, tuntutan dunia tentang teknologi yang ramah lingkungan sangat
besar. Ini memberikan imbas kepada teknologi termoelektrik sebagai sumber
energi alternatif. Banyak aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik selain
pada RTG yang digunakan oleh Voyager 1.
Salah satunya
adalah penerapan teknologi termoelektrik pada pembangkitan listrik dari sumber
panas. Sampai saat ini pembangkitan listrik dari sumber panas harus melalui
beberapa tahap proses. Bahan bakar fosil akan menghasilkan putaran turbin
apabila dibakar dengan tekanan yang sangat tinggi. Hasil putaran turbin
tersebut akan dipakai untuk memproduksi tenaga listrik. Efisiensi energi
pembangkit ini masih rendah akibat beberapa kali proses konversi. Panas yang
dihasilkan banyak yang dilepas atau terbuang percuma. Dapat digunakan suatu
metode yang dikenal sebagai cogeneration di mana panas yang dihasilkan selama
proses dapat digunakan untuk tujuan alternatif. Dengan menggunakan
termoelekrik, panas yang dihasilkan selama proses diubah menjadi listrik,
sehingga panas yang dihasilkan tidak terbuang secara percuma dan energi yang
dihasilkan oleh pembangkit menjadi lebih besar, serta efisiensi energi menjadi
lebih tinggi.
Contoh
penerapan lainnya yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan
perbedaan panas di dasar laut dan darat, sistem hybrid pada kendaraan bermotor
yang memanfaatkan motor listrik dan mesin pembakaran, serta pemanfaatan pada
pembangkit listrik tenaga surya.
Walaupun
demikian, teknologi material yang saat ini sedang berkembang pesat terutama
kemampuan menyusun material dalam level nano diharapkan dapat menghasilkan
suatu material termoelektrik dengan efisiensi yang tinggi.
Banyak
aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik yang sedang dikembangkan saat
ini, seperti pemanfaatan perbedaan panas di dasar laut dan darat, atau
pemanfaatan panas bumi. Kesulitan terbesar dalam pengembangan energi ini adalah
mencari material termoelektrik yang memiliki efisiensi konversi energi yang
tinggi.
Parameter
material termoelektrik dilihat dari besar figure of merit suatu material.
Idealnya, material termoelektrik memiliki konduktivitas listrik tinggi dan
konduktivitas panas yang rendah.
Material yang
banyak digunakan saat ini adalah Bi 2 Te 3, PbTe, dan SiGe. Saat ini Bi2 Te3
memiliki figure of merit tertinggi. Namun, karena terurai dan teroksidasi pada
suhu di atas 500 oC, pemakaiannya masih terbatas.
Rendahnya
figure of merit ini menyebabkan rendahnya efisiensi konversi yang dihasilkan,
di mana saat ini efisiensinya masih berkisar di bawah 10 persen. Nilai ini
masih berkurang sampai 5 persen setelah menjadi sebuah sistem pembangkit
listrik. Masih cukup jauh dibandingkan dengan solar cell yang sudah mencapai 15
persen.
Namun,
penelitian ini masih terus berkembang, apalagi setelah Yamaha Co Ltd berhasil
menaikkan figure of merit sebesar 40 persen dari yang ada selama ini.
UPAYA PENANGANAN LIMBAH NUKLIR
Secara umum, pengelolaan limbah
nuklir yang lazim digunakan oleh negara-negara maju meliputi tiga pendekatan
pokok yang bergantung pada besar kecilnya volume limbah, tinggi rendahnya
aktivitas zat radioaktif yang terkandung dalam limbah serta sifat-sifat fisika
dan kimia limbah tersebut. Tiga pendekatan pokok itu meliputi:
1.
Limbah nuklir dipekatkan dan
dipadatkan yang pelaksanaannya dilakukan dalam wadah khusus untuk selanjutnya
disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Cara ini efektif untuk menangani
limbah nuklir cair yang mengandung zat radioaktif beraktivitas sedang dan atau
tinggi
2.
Limbah nuklir disimpan dan
dibiarkan meluruh dalam tempat penyimpanan khusus sampai aktivitasnya sama
dengan aktivitas zat radioaktif lingkungan. Cara ini efektif bila dipakai untuk
pengelolaan limbah nuklir cair atau padat yang beraktivitas rendah dan berwaktu
paruh pendek.
3.
Limbah nuklir diencerkan dan
didispersikan ke lingkungan. Cara ini efektif dalam pengelolaan limbah nuklir
cair dan gas beraktivitas rendah (Sofyan, 1998)
Pada PLTN sebagian besar limbah
yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 – 80%). Sedangkan limbah
aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas,
sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas
tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan
limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang
maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu :
·
Memperkecil volumenya dengan
cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.
·
Mengolah menjadi bentuk stabil
(baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan.
·
Menyimpan limbah yang telah
diolah, di tempat yang terisolasi
Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian
dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di
dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton
bertulang atau dari baja tahan karat (B,xxxx). Alat untuk proses evaporasi di
sebut evaporator.
Alat ini mampu mereduksi volume limbah cair dengan faktor reduksi 50. Hal ini
berarti jika ada 50 m3 limbah cair yang diolah, maka akan dihasilkan
1 m3 konsentrat radioaktif, sedang sisanya yang 49 m3
hanyalah berupa air destilat yang sudahtidak radioaktif lagi (Sofyan, 1998).
Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui proses
insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah yang
tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan
dipadatkan dalam drum/beton dengan semen. Sedangkan limbah yang tidak dapat
dibakar/dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian
dipadatkan dengan semen atau gelas masif (B,xxxx). Proses pemadatan bisa
dilakukan dengan semen (sementasi), aspal (bitumentasi), polimer (polimerisasi)
maupun bahan gelas (vitrifikasi) (Sofyan,1998)
Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang
kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan limbah lestari
dipilih ditempat/lokasi khusus dengan kondisi geologi yang stabil dan secara
ekonomi tidak bermanfaat (B,xxxx).
Tabel berikut ini merupakan
persyaratan minimum yang harus dipenuhi sebagai lokasi/tempat penyimpanan
sementara bahan bakar nuklir bekas maupun penyimpanan lestari berdasarkan PP
No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Tabel . Standarisasi Lokasi Penyimpanan Limbah Nuklir|
Penyimpanan
Sementara
Bahan
Bakar Nuklir Bekas
|
Penyimpanan
Lestari
|
|
Lokasi bebas banjir
|
Lokasi bebas banjir dan terhindar dari
erosi
|
|
Tahan terhadap gempa
|
Lokasi tahan terhadap gempa dan memenuhi
karakteristik materi bumi dan sifat kimia air
|
|
Didesain sehingga terhindar dari
kekritisan
|
Didesain sehingga terhindar dari
terjadinya kekritisan
|
|
Dilengkapi dengan peralatan proteksi
radiasi
|
Dilengkapi dengan sistem pemantau radiasi
dan radioaktivitas lingkungan
|
|
Dilengkapi dengan penahan radiasi
|
Dilengkapi dengan sistem pendingin
|
|
Dilengkapi dengan sistem proteksi fisik
|
Dilengkapi dengan sistem penahan radiasi
|
|
Dilengkapi dengan sistem pemantau radiasi
|
Dilengkapi dengan sistem proteksi fisik
|
|
Memenuhi distribusi populasi penduduk dan
tata wilayah sekitar lokasi penyimpanan
|












0 komentar:
Posting Komentar